TERJEMAHAN BEBAS SARASAMUSCAYA ( BAHASA INDONESIA )
SLOKA 117 SAMPAI SLOKA 127
TENTANG : PERKATAAN
117.
Ada dua hal yang membuat orang menjadi terpuji,
petama tidak mengucapkan kata-kata kasar; kedua tidak berpikir untuk melakukan
perbuatan jahat.
118. Hendaknya perkataan selalu terarah pada sesuatu
yang membawa kebaikan, namun hendaknya janganlah disesumbarkan atau dibicarakan
secara berlebih-lebihan dengan maksud pamer, sebab pikiran baik jika
dibicarakan dengan cara gembar-gembor dan berlebih-lebihan dapat menimbukan
perasaan benci dari orang yang mendengarkannya.
119. Jika perkataan itu muncul dari pikiran yang baik,
dan cara pengungkapkannya juga dengan cara yang baik, maka kesenangan itu pasti
dapat diperoleh. Sebaliknya meskipun maksudnya baik namun salah cara
mengungkapkannya, tentulah akan menimbulkan duka nestapa bagi yang
mendengarkannya.
120. Perkataan yang tidak baik bagaikan anak panah yang
dilepaskan dari busurnya, ia dapat melukai dan menembus hati orang yang
mendengarkan, oleh karenanya kuasailah diri dengan mengendalikan kata dan
bahasa.
121.
Demikian kuatnya efek dari perkataan, ia dapat
menyakiti orang hingga kesumsumnya, oleh karena itu mereka yang bajik dan benar
akan menghindar dari perkataan menghujat, mengecam, dan kata-kata jahat
lainnya.
122. Hutan yang semua pohonnya ditebang dapat tumbuh
kembali dengan cepat, namun hati yang telah disakiti oleh perkataan, tersiksa
dalam jangka waktu yang sangat lama.
123. Janganlah menghina dan mencerca orang-orang yang
cacat fisiknya, mereka yang buta huruf, orang yang hidup dalam kesengsaraan,
orang sakit, orang yang tercela dan hina, orang yang tertimpa kecelakaan, orang
miskin, orang bodoh; demikian juga janganlah mencela orang yang penakut, orang
yang terkena aib ataupun yang diaibkan, janganlah kamu menghina makhluk-makhluk
yang ada disemesta ini, sekalipun yang dianggap menjijikkan.
124. Oleh karena itu, orang bijaksana yang
berpegangteguh pada kebajikan dan kebenaran, tidak akan mencaci, tidak
memfitnah, tidak mencela dan tidak berkata bohong. Manusia hendaknya selalu
mempergiat dirinya dalam mengendalikan ucapannya dan selalu menjaga agar orang
lain tidak terluka oleh ucapannya.
125. Mereka yang memuji-muji orang tatkala berhadapan
namun mencelanya dibelakang, mereka yang seperti ini adalah manusia behati keji
dan akan dijauhkan dari kebahagiaan di dunia maupun di akherat.
126. Oleh karena itu janglah kamu sekali-kali mengumpat
orang, jangan mendengarkan umpatan orang, jauhkanlah diri dari situasi seperti
ini (umpat-mengumpat).
127.
Orang yang jahat sekalipun takut hatinya kepada
para pendusta dan pada mereka yang tempramental; sebab tiada bedanya mereka itu
dengan ular yang dapat melahap anda secara dam-diam atau dengan bisanya yang
mematikan.