TERJEMAHAN BEBAS SARASAMUSCAYA ( BAHASA INDONESIA )
SLOKA 55 SAMPAI SLOKA 72
TENTANG : EMPAT GOLONGAN PROFESI
55. Manusia sesuai profesinya
dibagi menjadi empat golongan. Agamawan adalah golongan pertama, ke dua
Negarawan, ke tiga Usahawan, dan ke empat adalah Pelayan. Ketiga golongan
profesi tersebut di atas haruslah dalam hidupnya melakukan penyucian diri,
apabila diinginkan mereka boleh hidup selibat. Sedangkan golongan Pelayan juga
boleh melakukan penyucian walaupun tidak menjadi keharusan baginya.
56. Profesi Agamawan haruslah
mempelajari ilmu pengetahuan, mengajarkan kebajikan dan kebenaran, mengajarkan
kitab suci, melaksanakan upacara dan pemujaan, melakukan amal sosial,
bersembahyang ke tempat-tempat suci,serta menjadi pemimpin upacara.
57. Inilah kewajiban seorang
Agamawan, melakukan kebajikan dan kebenaran; setia pada ucapan dan janji; teguh
pada pelaksanaan kebajikan dan kebenaran, menaklukkan hawa nafsu; tidak
mementingkan diri sendiri; rendah hati; sabar dan tahan godaan; tidak diliputi
oleh kemarahan dan kejahatan; melakukan persembahan kepada Tuhan; beramal
sedekah; menyucikan fisik dan rohani; serta welas asih dan pemaaf.
58. Inilah kewajiban Negarawan,
mempelajari ilmu pengetahuan dan kitab suci; melaksanakan upacara kurban
kehadapan Tuhan; memfasilitasi upacara kebaktian; menjaga keamanan negara;
mengenal bawahannya sampai pada sanak keluarga dan kerabatnya; berderma dan
bersedekah.
59. Seorang Usahawan, hendaknya
belajar kepada Agamawan dan Negarawan. Mereka hendaknya berderma dan bersedekah
pada waktu yang baik; hendaknya mereka bersedekah kepada orang-orang yang
memerlukan dan meminta bantuan kepadanya. Mereka hendaknya taat beribadat.
60. Inilah kewajiban Pelayan,
setia mengabdi kepada Agamawan, Negarawan, dan Usahawan, mereka hendaknya
melakukan tugas dengan sebaik-baiknya.
61. Apabila Negarawan pengecut,
angkara murka, tidak mengusahakan kebahagiaan negara dan tidak mengasihi rakyatnya;
Agamawan rakus, bewatak jahat, menyeleweng dari norma dan susila; curang;
diliputi birahi; mementingkan diri sendiri, mencemarkan tempat suci; negara
dimana mereka itu hidup pasti hancur berkeping-keping
62. Usahawan menganggur; Pelayan
tidak setia; mereka-mereka yang seperti ini pasti akan memperoleh malapetaka.
63. Inilah yang harus dilakukan
oleh keempat profesi: jujur; tidak egois dan mementingkan diri sendiri, dapat
menasehati diri sendiri; mengendalikan indra-indra.
64. Inilah yang harus dilaksanakan:
tidak menyakiti dan membunuh dalam arti luas, setia pada ucapan, berkata benar,
tidak berpikiran jahat pada semua mahluk, tahan cobaan, teliti, orang seperti
ini sesungguhnya telah memperoleh kebahagiaan.
65. Jika ketidakjujuran yang
menjadi dasar perilaku, ia pasti akan mengantar ke alam maut. Jika kejujuran
dan ketulusan hati menjadi pondasi perilaku, ia akan mengantar ke alam surga.
66. Hidup dengan tidak
mementingkan diri sendiri, itulah dasar dari kebajikan dan kebenaran utama.
Tahan menghadapi cobaan hidup, itulah kekuatan yang utama. Berkeyakinan bahwa
orang lain adalah bagian dari diri sendiri, itulah pengetahuan utama. Setia
pada ucapan dan janji adalah kesetiaan utama.
67. Perilaku
mementingkan kepentingan pribadi tidak disukai oleh siapapun; mereka yang jahat,
keji dan berperilaku hina sekalipun akan mebencinya. Bagaikan orang yang
meninggakan sumur kering, menghin dari duri dan menyelamatkan diri dari
kebakaran, demikianlah orang-orang akan meninggalkan mereka yang hanya
mementingkan dirinya sendiri.
68. Orang yang berhati tenang
senanantiasa berkeadaan sadar, mereka sanggup menasehati dirinya sendiri.
ketenangan hati sesungguhnya lebih utama dari sedekah, sebab sering kali mereka
yang dermawan tidak memiliki ketenangan hati, hingga dapat dipengaruhi oleh kemarahan
dan keserakahan. Maka lebih utamalah ketenangan hati itu dibanding sedekah.
69. Sesungguhnya bukan lantaran
mandi seseorang dapat disebut suci, hanya mereka yang memiliki ketenangan hati
sajalah bisa disebut suci.
70. Orang seperti inilah pantas
disebut berhati tenang, tidak berbohong, tidak girang hati apabila memperoleh
kesenangan, tidak bersedih jika ditimpa kesusahan, memahami filsafat secara
mendalam, sanggup menasehati dirisendiri, hanya mereka sajalah yang pantas dianggap suci.
71. Sesungguhnya surga adalah
kesuksesan dalam pengendalian nafsu, sedangkan neraka adalah kegagaan dalam
mengendalikan nafsu.
72. Mereka yang berhasil menguasai
nafsunya akan berumur panjang, termasyur, memiliki nama harum, dan tidak pernah
kekurangan harta kekayaan.