TERJEMAHAN BEBAS SARASAMUSCAYA ( BAHASA INDONESIA )
SLOKA 41 SAMPAI SLOKA 54
TENTANG : HAKEKAT KEBENARAN
41. Apa pun yang ditimbulkan oleh
pikiran, perkataan, dan pebuatan yang tidak menyenangkan bagi dirimu, apapun
yang menimbulkan duka dan sakit hati bagi dirimu; janganlah hendaknya yang
menimbulkan keadaan seperti itu engkau lakukan pada orang lain. Perbuatan
apapun yang tidak engkau sukai menimpa dirimu, janganlah perbuatan seperti itu
engkau timpakan kepada orang lain.
42. Siapapun orang yang telah
menang melawan hawa nafsunya, merekalah orang yang sungguh-sungguh bijaksana
dalam kebajikan dan kebenaran; mereka inilah yang patut untuk ditiru dalam
pelaksanaan bajik/benar.
43. Kebajikan dan kebenaran itu
memenuhi semesta ini, ia tidak terikat oleh apapun, ia tidaklah milik
perseorangan, kelompok pun ras tertentu, ia antara ada dan tiada. ia akan
muncul menampakkan dirinya dalam perbuatan manusia yang bajik dan benar, namun
ia sungguh-sngguh tiada dalam hati dan perbuatan manusia-manusia yang berhati
kotor dan jahat.
44. Analisa
dan pelajarilah segala perilaku dan setiap perbuatan, hingga dapat diketahui
hakekat dari kebajikan dan kebenaran. Setelah dipahami simpanlah dalam hati.
Segala yang tidak menyenangkan bagi diri pribadi, janganlah yang seperti itu
dilakukan kepada orang lain. Hendaknya apa yang menyenangkan bagi diri, yang
seperti itulah diberikan kepada yang lain.
45. Mereka yang tidak melakukan
kebajikan dan kebenaran, keberadaannya bagaikan padi yang hampa atau telur
busuk, kenyataannya ia ada tapi sungguh tiada guna.
46. Sebagaian besar manusia di
bumi tidak memahami hakekat kebajikan dan kebenaran. Sungguh mereka tidak
mengendalikan nafsunya dan hidup mereka hanya untuk menunggu mati, tanpa pernah
berusaha untuk memahami hakekat kematian. Hidup yang hampa seperti itu tiada
beda dengan rumput yang mati dan tumbuh kebali, tumbuhnya hanya untuk menunggu
mati.
47. Mereka yang ingkar dan mungkir
dari kebajikan dan kebenaran, disebabkan oleh keangkuhan diri, serta tetap
melakukan perbuatan-perbuatan keji dan jahat, sungguh dapat dipastikan bahwa
dalam hidupnya mereka hanya akan memperoleh kesedihan dan kesengsaraan saja.
48. Mereka yang bodoh dan tetap melakukan
perbuatan-perbuatan keji dan jahat akan memperoleh neraka, setelah penyiksaan
neraka dilaluinya, lalu menitislah ia menjadi binatang; bila kemudian
kelahirannya meningkat, menjelmalah ia menjadi orang yang cacat, hina, sengsara
dan hidupnya selalu terombang-ambing dalam kesedihan dan hidup mereka jauh dari
kesenangan.
49. Sesungguhnya yang paling
mendesak untuk dilakukan adalah pengejaran akan harta yang tidak bisa dirampas
atau dicuri oleh siapapun, harta yang akan selalu setia menemani ke alam akherat,
harta seperti inilah hendaknya dengan tekun dicari, harta itu adalah kebajikan
dan kebenaran.
50. Mereka
yang dengan tekun mengusahakan kebajikan dan kebenaran, meskipun hidup dalam
kemiskinan dan menjadi pengemis, sesungguhnya ialah orang yang benar-benar
kaya, karena kekayaannya itu tidak mungkin dapat dirampas atau pun dicuri oeh
siapapun juga.
51. Mereka yang tekun dalam
kebajikan dan kebenaran, secara ajaib akan memperoleh kehidupan yang layak.
Karena bagi orang yang bajik dan benar, makanan, pakaian, dan berbagai
macam harta kekayaan seolah-olah datang dan menawarkan diri untuk dimiliki.
52. Banyak makanan yang tersedia
dalam hutan, juga sungai-sungai yang berair jernih ada di sana, lampunya adalah
bulan; hingga janganlah mengorbankan kebajikan dan kebenaran demi memperoleh
kekayaan duniawi, sebab mungkin saja anda akan terlambat dalam pelaksanaan
kebajikan dan kebenaran, dikarenakan kesibukan untuk menumpuk harta hasil
kekejian dan kejahatan.
53. Laksanakanlah kebajikan dan
kebenaran dengan tekun dan bersungguh-sungguh, bersamaan dengan itu carilah
juga harta yang didasari oleh kebajikan dan kebenaran. Bagaikan keberadaan
seekor sapi yang sedang membajak sawah, sambil bekerja, sempat juga ia meraih
rumput yang tumbuh disekitarnya, dengan itu ia bekeja tanpa merasa lelah.
54. Kebajikan dan kebenaran itu amatlah mulia, ia juga
bersifat amat rahasia, bagaikan jejak-jejak ikan yang berenang dalam air.
Biarpun seperti itu adanya, bagi orang yang bijaksana, kebajikan dan kebenaran
itu dengan tekun dan keteguhan hati akan selalu dilaksanakannya.